Sabtu, 19 Februari 2011

SINEMA KOREA VS SINETRON INDONESIA


princess hour pict. 
copied from: http://thelembnirwana.blogspot.com/2008_12_01_archive.html 

Munculnya drama-drama asia (saya ambil drama korea sebagai contohnya) yang memenuhi layar kaca rumah saya beberapa waktu yang lalu(dan mungkin dirumah anda juga) membuat pikiran saya tergelitik untuk sedikit mem
Pratinjau
bandingkan drama –drama asia itu dengan beberapa sinetron yang pernah saya tonton waktu saya kecil.




Perbedaan abstrak yang paling signifikan di mata saya yang seorang amatir ini adalah sebagai berikut :
1.      TEMA
Tema- tema yang diambil dalam film korea adalah tema – tema yang sebenarnya umum, tapi dibuat menjadi tidak biasa. Antara film yang satu dengan film yang lain, tidak ada yang sama jalan ceritanya.
Kalau sinetron Indonesia, Tema yang diambil tidak akan jauh – jauh dari tema yang sudah ada pada film sebelumnya. Bahkan pernah ada kejadian, satu tema yang sama yang menyadur dari drama mandarin dibuat menjadi 2 buah sinetron yang ditayangkan oleh dua stasiun tv yang berbeda dan dengan aktris – aktris dan actor – actor yang berbeda pula. Seolah kehabisan ide para pembuat sinetron itu mengambil (atau meminjam-?-) ide – ide para pendahulunya.

2.      Klimaks
Drama – drama korea jarang sekali mengambil banyak episode dalam satu film. Biasanya dalam satu film berisi sekitar 20 – 30 episode.  Maka, mereka dengan mudah memutuskan mau dibawa kemana film tersebut berakhir. Kalaupun suatu drama korea memiliki banyak episode, hampir bisa dipastikan itu adalah sebuah film kolosal (film tentang istana – istana beserta penghuninya). Setelah film tersebut klimaks, tidak akan lama setelah itu pasti akan segera berakhir. Tapi tidak untuk sinetron Indonesia yang hampir setiap hari ada klimaks di tiap episode-nya. Sehingga sinetron itu seolah tidak akan ada habisnya. Itulah sebabnya kenapa sinetron Indonesia selalu berlanjut hingga ber season – season, misalnya season 1, 2,  dst. Begitu banyaknya episode dalam suatu sinetron itu saya berpendapat bahwa mungkin saja jalan ceritanya melenceng dari tema awalnya, sehingga ceritanya tidak berkesudahan.

Dalam drama korea, pada satu cerita hanya terdapat satu klimaks. Sedangkan pada sinetron Indonesia, dalam satu cerita terdapat lebih dari satu klimaks.

3.      Air Mata
Sudah bukan hal yang aneh jika kita melihat air mata dalam sebuah drama – drama semacam itu, tapi yang perlu diperhatikan adalah intensitas dari air mata yang tertumpah dalam sebuah cerita. Kita tidak perlu menghitung berapa banyak air mata yang dijatuhkan oleh para aktris dan actor itu (karena itu tidaklah mungkin). Tapi seberapa seringkah si pemeran dalam film itu menangis?
Dalam drama korea, airmata bukanlah hal utama yang ingin ditunjukkan dalam cerita. Makanya, penonton tidak bosan untuk tetap menonton, karena yang disuguhkan bukanlah hanya airmata semata. Sama halnya seperti klimaks, biasanya sang airmata hanya jatuh di akhir cerita atau saat – saat mendekati klimaks, sesedih apapun perasaan si pemeran utama, dia tidak akan dengan mudahnya meneteskan airmata. Khusunya pemeran utama pria. Maka saat si pemeran pria menangis tidak terlihat menjijikkan, karena memang factor airmata yang jarang terlihat itu membuatnya alamiah, kesedihan yang tidak dibuat – buat.
Sedangkan dalam sinetron, airmata seolah murah harganya. Si pemeran utama dengan mudahnya membuang – buang dan membanjiri wajahnya dengan airmata. Airmata memang tidak bayar, karena dihasilkan sendiri oleh tubuh kita, tapi bukankah airmata adalah sebuah wujud kesedihan mendalam, harga diri dan juga ekspresi yang tidak terkatakan?? Hal ini memberikan kesan bahwa siapa saja yang ingin menjadi artis sinetron tidak hanya harus pintar berakting, tapi juga pintar menangis, terutama pemeran utama.

tangisan isabella pict.
copied from :  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0nEDYSqKdzKLm5hr7E7n0FtOBzXFbj7orQfdWiGWY05kFn1Pm2o0fsnKTKM2Jcyr2npuuPTpH-TtJ2fZR4wt2HQJ1guFyAI8qPaRo8LsyM_Nh3GKle_4Hbmhp4VsA0TkROADYF4pKdm4/s1600/helsi-herlinda-kirana-larasati-tangisan-issabela.jpg


Kesimpulannya, sinetron harus belajar banyak dari drama – drama lain semacamnya, agar tetap eksis. Tidak hanya dikalangan ibu – ibu, tapi juga kalangan remaja dan usia sebaya.  Jangan hanya membuat film dengan karakter cengeng yang bisanya hanya menangis dan pasrah. 



 
Tidak perlu terlalu meniru jika tidak  ingin dikatakan plagiat, tapi pelajari apa yang ada di dalamnya, bukan hanya yang terlihat saja. Dengan tidak menghilangkan ciri khas yang Indonesia punya, semoga pesinetronan Indonesia menjadi lebih baik.

Jumat, 29 Oktober 2010

NARUTO

Anime satu ini pantas untuk tetap berada di urutan teratas anime favorit para otaku. Karena ceritanya yang unik, berisi pesan moral tentang persahabatan dan semangat yang tinggi. Masashi kishimoto sang pengarang sanggup membuat cerita mengenai kehidupan para ninja dengan begitu complex. Mulai dari latar belakang yang diambil pada zaman dulu, sampai jurus – jurus yang begitu meyakinkan para pembacanya seolah – olah hal itu adalah sungguhan. Namun ada satu hal yang mengganggu pikiran saya, apakakah di jaman seperti itu sudah ada computer yang sebegitu canggihnya yang bisa digunakan untuk pengobatan??
Tapi sudahlah. Saya rasa hal itu tidak begitu mengganggu. Selama gambar dan ceritanya masih bisa dinikmati, hal – hal ganjal seperti itu masih bisa di maklumi. Apapun bisa saja terjadi di dunia anime. Tergantung keinginan si pembuat.

Uzumaki Naruto harus tinggal sendirian karena tidak memiliki teman sejak kecil. semua orang di desa tau bahwa di dalam tubuh anak itu tersegel siluman rubah yang dapat menghancurkan desa konoha dengan kekuatannya dan bisa bangkit kapan saja saat dia marah. Terlebih saat dia tidak bisa lagi mengontrol dirinya. Karena selalu di jauhi oleh warga desa yang takut akan dirinya, dia merasa kesepian. Dia selalu melakukan apapun agar keberadaannya diakui oleh semua orang. Hal itu membuat dirinya mendapat julukan si pencari masalah. Karena dimanapun ia berada, hampir bisa dipastikan ada masalah.
Semakin lama, naruto kecil mulai berubah. Ia masuk akademi ninja dan bertekad untuk menjadi seorang kage (pemimpin desa) agar dirinya bisa di akui oleh semua orang di desa. Di akademi, dia mulai mendapatkan teman. Uchiha sasuke yang merupakan rival abadi dan juga sahabat yang sudah dianggap seperti saudaranya sendiri, berkhianat terhadap konoha. Naruto pun berusaha untuk membawa sasuke kembali ke konoha, karena naruto yakin, sasuke berkhianat bukan karena kemauannya sendiri.

Sanggupkah naruto membawa sasuke kembali ke konoha??

Selasa, 19 Oktober 2010

KEBANGKITAN FILM INDONESIA

Indonesia adalah Negara yang terbilang produktif dalam pembuatan film. Dan berbagai film dari bebagai genre pun telah dibuat. Horor, Sex, Metropolitan, Kriminalitas, drama percintaan, sampai film religi juga turut mewarnai perfilman Indonesia.

Beberapa tahun yang lalu mungkin benar jika kita bilang perfilman Indonesia sedang merosot pamornya. Karena penonton hanya disuguhkan ‘tontonan terselubung’ yang sudah dapat dipastikan apa saja yang terkandung di dalamnya. Yang paling parah lagi, mereka harus membayar tiket bioskop untuk melihat adegan adegan yang hampir mayoritas berisikan adegan tak layak tonton (amoral). Hampir setiap bulan bioskop dipenuhi dengan film – film bergenre (yang katanya) horror, Padahal lebih banyak adegan amoralnya daripada adegan horrornya. Dan herannya lagi, kenapa film – film seperti itu masih saja laku di pasaran? Padahal kalau kita bandingkan, film – film Indonesia sudah tertinggal jauh dengan film – film hollywod atau bahkan bollywod.

Bagaimana dengan film – film di asia??

Menurut saya, meski tidak setenar Taiwan atau hongkong, kini jepang sudah mulai mencoba merambah film – film bertaraf internasional. Tentunya tidak mudah membuat film yang diminati oleh orang hingga luar negeri, tapi jepang mencoba memberikan sesuatu dalam filmnya. Kebanyakan cerita yang dibuat oleh negeri sakura itu adalah cerita dengan latar belakang zaman dulu. Mereka sanggup menyatukan antara modernisasi tehnik dan tradisionalitas negaranya.

Namun, kini perfilman Indonesia pun tidak mau kalah. Para filmmaker Indonesia sedang berusaha membangkitkan perfilman Indonesia yang sedang terpuruk dengan membuat film – film berkualitas terbaik. Sebut saja “LASKAR PELANGI” yang syarat akan pendidikan moral bagi siapa saja yang menontonnya. Film besutan Mira Lesmana ini diangkat dari novel yang berjudul sama yang dikarang oleh Andrea Hirata.

Sesungguhnya masih banyak lagi film – film ‘bagus’ yang telah dibuat oleh para filmmaker dalam negeri , Tapi tetap masih tidak sebanyak film – film ‘terselubung ‘ itu. Semoga saja suatu hari Indonesia juga mampu membuat film – film dengan teknologi hollywod, tapi tetap memiliki nilai – nilai yang selalu dijadikan acuan sebagai orang Indonesia. Amin.

Rabu, 13 Oktober 2010

Death note

Death note adalah sebuah karya fenomenal tsugumi ohba-sensei yang sebelumnya pernah membuat anime yang berjudul "hikaru no go". Death note menceritakan tentang 'KIRA'.
Light Yagami seorang remaja jenius yang mendapatkan sebuah buku kematian milik shinigami bernama Ryuk. Buku tersebut dapat membunuh orang yang namanya ditulis dalam buku tersebut sambil membayangkan wajah orang itu dengan serangan jantung. Awalnya KIRA hanya mengarahkan pembunuhan tersebut kepada para kriminal, baik yang terekspos maupun yang tidak. Lama kelamaan pihak kepolisian jepang dan sebuah lembaga bertaraf internasional mencurigai adanya pembunuhan tersebut tidak dikarenakan hanya kebetulan semata. Kemudian dibentuklah badan khusus yang menyelidiki tentang masalah ini.
Setelah itu muncullah seorang detektif yang menamakan dirinya sebagai 'L'. L bekerja sama dengan kepolisian jepang untuk mengungkap penjahat yang telah menamai dirinya sebagai KIRA ini. dibantu dengan asisten pribadinya yang bernama watari.

Rabu, 06 Oktober 2010

Tontonan yang layak untuk anak

Sinetron. adalah 'makanan' sehari - hari, hampir seluruh masyarakat di kota - kota besar di indonesia.
Dan hampir semua stasiun tv - stasiun tv menayangkan sinetron yang tidak cukup mendidik bagi masyarakat, terutama anak - anak indonesia.
Tema yang diambil pun tidak berbeda jauh dengan apa - apa yang sudah pernah ditayangkan sebelumnya.
kebanyakan sinetron indonesia meniru gaya drama - drama asia, seperti korea dan taiwan.

Anak - anak harus dipaksa menonton tontonan yang selayaknya memang disajikan untuk orang dewasa.
Malahan beberapa anak lebih suka menonton sinetron, daripada menonton tontonan yang mendidik.
Mengapa??
Karena indonesia belum mampu menyajikan tontonan yang mendidik namun juga menghibur.
Indonesia masih harus banyak belajar dari negara - negara tetangga, agar kualitas SDM menjadi lebih baik.
Dimulai dari Anak - anak yang merupakan calon penerus bangsa.
Salah satu karya dari negara tetangga yang sangat tenar di Indonesia adalah UPIN dan IPIN.
menceritakan tentang kehidupan anak desa yang kental dengan ajaran - ajaran moral yang tinggi.

Animasi Lokal Indonesia ‘Terganjal’ Mahalnya Hak Siar

September 2, 2009 by feby_khesa

Amerika memang negara adidaya. Segala hal yang dihasilkan dari negara ini hampir selalu menjadi trendsetter di seluruh dunia, termasuk karya animasinya. Siapa anak-anak Indonesia yang tidak mengenal Spongebob Squarepants atau Dora? Belum lagi film animasi tiga dimensi karya Pixar Studio yang selalu laris di pasaran seperti Monster Inc, Finding Nemo, The Incredibles dan Up yang saat ini sedang diputar di bioskop.

Namun dalam hal animasi, Amerika masih kalah dibanding Jepang. Komik-komik Jepang (manga) dan film-film animasi Jepang (anime) terbukti memiliki pasar konsumen yang sangat besar, tidak hanya di negerinya sendiri. Pada tahun 2002 saja, estimasi nilai transaksi produk-produk anime di Amerika Serikat mencapai 4.3 miliar US dolar, nilai yang bahkan empat kali lebih besar dari nilai ekspor baja Jepang ke negeri Paman Sam.

Menurut Denny A. Djoenaid, Ketua Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia (AINAKI), kekuatan Jepang dalam hal animasi terletak pada unsur kebudayaannya. Para animator negara sakura tersebut selalu menampilkan tradisi kebudayaan mereka yang memang berbeda dengan negara Asia lainnya. Denny mencotohkan gaya dandan dan berpakaian anak muda Jepang yang banyak ditiru oleh para remaja di Indonesia.

“Termasuk pengaruh saat membuat gambar animasi. Orang-orang Indonesia lebih senang menggambar tokoh seperti manga Jepang daripada membuat tokoh versi masyarakat Indonesia,” ujar Denny.

Di Indonesia sendiri, tren animasi lokal sudah mulai terlihat. Ada dua film animasi buatan anak negeri yang sempat tayang di bioskop, yaitu Janus Prajurit Terakhir dan Homeland. Sedangkan untuk serial televisi lokal dan nasional, ada Kabayan Liplap, Aku Tahu, Zedi, Kumbang Cilik serta Petualangan Tupi dan Pingping. Apa pula film animasi pendek tentang superhero asal Tasikmalaya, Hebring. Namun menurut Denny, karya-karya animasi lokal ini masih terganjal pada dua hal, minimnya tayangan di televisi dan Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri.

“Kesempatan untuk memperlihatkan hasil animasi lokal di televisi masih kalah dengan penayangan kartun-kartun dari luar negeri karena daya beli mereka lebih murah (membeli lisesi produk jadinya saja-red). Sedangkan produksi animasi lokal ‘kan proses pra produksi sampai pasca produksi dikerjakan sendiri, jadi biaya hak siarnya pun lebih mahal,” jelas pria berkacamata ini.

Denny melanjutkan, SDM atau tenaga pengajar animasi di Indonedia juga masih sangat minim. “Padahal setahu saya potensi anak muda yang berbakat di bidang ini sangat besar, seperti di Jogjakarta, Bandung, Malang, Denpasar, termasuk di Jakarta,” ucapnya.

Terlepas dari kekuarangan tersebut, Marlin Sugama sebagai salah satu animator Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia sebenarnya adalah salah satu negara yang memiliki latar belakang animasi tertua, yaitu penciptaan wayang.

“Dan hal tersebut sangat memperkaya dan mendorong jumlah animator di Indonesia. Dengan animator yang banyak tentunya akan banyak pula variasi karya, tapi secara keseluruhan kita patut bangga pada animasi Indonesia,” tutur Marlin.

Wanita yang juga menciptakan tokoh superhero Hebring bersama suaminya Andi Martin ini, juga mengungkapkan bahwa jika disandingkan dengan negara lain, animasi lokal tidak bisa dibandingkan dari satu sisi saja, karena animasi adalah produk teknologi (terutama yang tiga dimensi) dan sangat tergantung pada SDM.

“Maka sisi teknologi dan SDM terlatih akan menjadi tantangan nomor satu untuk animasi Indonesia agar bisa menghasilkan produk bersaing dengan negara lain,” kata Marlin.


(http://teknopreneur.com/content/animasi-lokal-indonesia-%E2%80%98terganjal%E2%80%99-mahalnya-hak-siar )

Rabu, 29 September 2010

moshi - moshi ( hallo)

Moshi - moshi minna!!!!
-hallo semua-
welcome to my page!!

berhubung saya newbie....
jadi mohon bantuannya.....